SKB Kota Yogyakarta Perkuat Sertifikasi Tata Boga, Lulusan Kian Dicari Dunia Usaha
Yogyakarta, Ditjen Diksi PKPLK – Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam memperluas akses pendidikan nonformal kembali diwujudkan melalui dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Uji Kompetensi Tata Boga Level III Pastry Bakery dan Tata Busana Level II di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Yogyakarta. Kegiatan yang berlangsung pekan lalu (19—20 November 2025) ini menjadi langkah penting untuk mempersiapkan lulusan yang mampu menjawab kebutuhan tenaga terampil di industri kuliner dan fesyen.

Ujian kompetensi yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora) Kota Yogyakarta tersebut diikuti oleh 17 peserta tata boga dan 10 peserta tata busana. Kepala Bidang PAUD dan Dikmas Dindikpora Kota Yogyakarta, Anita Sri Madumurti, dalam sambutannya memberikan motivasi kepada seluruh peserta.
“Mungkin sebelumnya tidak pernah terlintas menjadi chef atau bergerak di dunia tata boga maupun tata busana. Yang penting sekarang kuatkan niat. Insyaallah semua akan berjalan baik,” ujarnya.
Anita juga menekankan bahwa banyak alumni SKB yang telah berhasil meniti karir hingga ke luar negeri. Menurutnya, keterampilan adalah bidang yang sangat dinamis dan harus terus dikembangkan.
“Jangan puas sampai di sini. Ini baru langkah awal. Terus belajar, tambah ilmu. Pasar berubah sangat cepat. Jadi, keterampilan juga harus ikut berkembang,” tambahnya.
Ujian kompetensi diselenggarakan dalam dua tahap, yaitu ujian teori selama satu jam dan praktik lima jam, dengan menghadirkan penguji Sunar dan Lestari Sri Wandari. Melalui penilaian ini, peserta diuji tidak hanya dalam teknik pengolahan bakery, tetapi juga kreativitas, kebersihan, dan standar kerja profesional sesuai kebutuhan dunia usaha.
Kepala SKB Kota Yogyakarta, Sudijarto, menyampaikan bahwa lulusan tata boga memiliki peluang besar untuk terserap di berbagai sektor, mulai dari hotel, restoran, industri bakery, hingga usaha kuliner rumahan.
“Semoga ini menjadi pemicu semangat bagi adik-adik semua. Banyak alumni yang sebelum lulus sudah diterima bekerja atau memulai usaha,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Tata Boga, Ramadhani Nur Fajrin, turut menjelaskan bahwa peserta telah mengikuti sekitar 40 sesi pelatihan yang berfokus pada lima produk bakery, yakni roti manis, roti tawar, donat, danish pastry, dan croissant. Semua pelatihan diberikan tanpa biaya sebagai bagian dari layanan pemerintah. Namun, ia mengakui bahwa biaya bahan baku yang tinggi masih menjadi tantangan dalam pengembangan inovasi produk.
“Harga bahan saat ini sangat tinggi, sementara pagu masih sama. Ini membatasi ruang inovasi anak-anak,” tambahnya.
Ramadhani menjelaskan, setelah menyelesaikan uji kompetensi, para peserta akan menjalani program magang di berbagai dunia usaha dan dunia industri (DUDI) mitra seperti Rose In Hotel, Royal Ambarrukmo, Risa Pastry, dan Parsley. Banyak peserta berpotensi direkrut langsung apabila dinilai telah memenuhi standar kompetensi industri. Ia berharap seluruh peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menapaki karir di dunia kuliner. (Esha/NA/AS)